Minggu, 24 Januari 2010

Riau kita menjadi Riau Al-Munawwarah

Riau AL-Munawwarah - Berbicara tentang konsep penambahan kata Al-Munawwarah di belakang nama Provinsi Riau yang beribu kota Pekanbaru Penambahan nama ini berkaca dari sejarah Rasulullah SAW yang merubah nama Yatsrib menjadi Madinah Al-Munawwarah. Al-Munawwarah itu sendiri berarti kota yang penuh cahaya dan menerangi sekitarnya.

Filosofi perubahan nama yang diusung Rasulullah SAW tersebut adalah sebuah keinginan yang mendasar dari kondisi kehidupan masyarakat yang sebelumnya serba jahiliyah dan tanpa hukum kecuali berlandaskan hukum adat yang kurang simpatik terhadap fitrah manusia, menuju ke kehidupan yang harmonis, damai, tentram dan penuh dengan nilai-nilai ilahiah dan memenuhi unsur-usur kebutuhan fitrah manusia. Hal ini dibuktikan dengan kerukunan hidup antara para muhajirin yang datang bersama Rasulullah SAW dari Mekkah dengan masyarakat yang menyambut di Madinah yang dikenal dengan kaum Anshor.

‘’Apa kaitan antara Madinah Al-Munawwarah dengan Riau? Secara langsung memang tidak ada kaitannya, namun ada beberapa aspek positif yang ingin kita adopsi dari keberhasilan Rasulullah SAW merubah nama Yatsrib menjadi Madinah Al-Munawwarah, antara lain adalah terjalinnya hubungan yang harmonis antara pendatang dan masyarakat tempatan, kondisi kehidupan yang semakin tentram dan sejahtera,” tutur Rusli Effendi yang juga sebagai ketua Institut Riau Al-Munawwarah.

Kata Al-Munawwarah yang mengikuti nama Madinah rupanya mempunyai andil besar dalam memperbaiki kehidupan berbangsa dan bernegara ketika itu, sehingga mampu menciptakan kehidupan sebelumnya. Kata Al-Munawwarah sendiri berasal dari akar kata Nawara yang berarti menyinari atau memberikan cahaya. Kata Al-Munawwarah mempunyai arti bercahaya. Sehingga diharapkan keberhasilan perjuangan Rasulullah SAW tersebut dapat diikut oleh Riau dengan menyandingkan kata Al-Munawwarah ke dalam Riau yang kemudian makna.

Pertama, Riau Al-Munawwarah bermakna bahwa Riau telah memberikan anugerah dan cahaya kehidupan bagi bangsa Indonesia dengan menyumbangkan bahasanya, yaitu bahasa Melayu untuk dijadikan sebagai bahasa persatuan Indonesia.

Kedua, Riau Al-Munawwarah bermakna bahwa Riau telah menyumbangkan budayanya secara maksimal menjadi budaya Indonesia, sehingga menjadi karakter yang sangat dikenal dirantau Asia dengan kejujuran, kesantunan dan saling menghormati sesama.


Ketiga, Riau Al-Munawwarah bermakna bahwa Riau dengan hasil kekayaan alamnya telah memberikan cahaya bagi kehidupan ekonomi bangsa Indonesia serta mampu menghidupnya.


Keempat, Riau Al-Munawwarah bermakna bahwa Riau akan memberikan cahaya dalam kehidupan berpolitik bangsa Indonesia, dengan mengesampingkan segala perbedaan dan senantiasa mencari persamaan untuk mencapai pembangunan dalam kerangka ridho ilahi dengan mengutamakan kedamaian dan keharmonisan dalam kehidupan masyarakat serta mampu menjadi contoh kehidupan demokrasi.


Kelima, Riau Al-Munawwarah bermakna bahwa Riau akan memberikan cahaya bagi pembangunan kebudayaan Melayu di rantai Asia dengan menjadi pusat peradaban Melayu modern dengan tetap berpegang dan bersendikan nilai Islam yang berorientasikan lepada konsep rahmatan lil’alamin.

Keenam, Riau Al-Munawwarah bermakna Riau akan menjadi pusat pergerakan kehidupan masyarakat modern yang bernuansa kemelayuan dan Islami, sehingga mampu menjadi motor penggerak bagi hamonisasi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ketujuh, Riau Al-Munawwarah bermakna Riau akan menjadi kiblat pendidikan dunia dengan memadukan ilmu pengetahuan modern, kebutuhan rohani manusia, kelestarian alam, dengan budi pekerti yang luhur yang didasari oleh keimanan dan ketakwaan lepada Allah SWT.

Berdasarkan fenomena perubahan nama ini dan filosofinya, tergambar dengan jelas bahwa nama bukan tidak mempunyai arti dan tujuan, akan tetapi nama mengandung makna dan diikuti oleh spirit untuk memperjuangkan makna tersebut. ‘’Terkait dengan hal ini, tidak ada salahnya jira Riau ikut mencontoh spirit Rasulullah SAW dengan menambah nama Riau dengan kata Al-Munawwarah dengan tujuan perbaikan dan kesempurnaan masa depan pembangunan Riau, sehingga tercipta Riau yang aman, sejahtera, harmonis dan maju dalam bingkai pembangunan yang menuju Riau Cemerlang, Gemilang dan terbilang, sejalan dengan visi Riau 2020,” kata suami dari Hj Yusnimar SH.

Jauh dari Politik

Sejarah perjalanan Riau telah memperlihatkan lepada kita kebesaran bangsa Melayu dengan kondisi kehidupan yang berbudaya, santun dan unggul Sumber Daya Manusia (SDM)-nya, cinta akan ilmu pengetahuan serta hidup dengan penuh nilai-nilai keislaman. Ciri-ciri kehidupan yang telah dilakoni oleh bangsa Melayu pada zaman lampai telah menggambarkan karakter yang sempurna, dari perpaduan keuletan, kegigihan, berbudaya kesantunan, agamis dan intelektualitas tinggi.

Menurut Rusli Effendi, dicetuskannya penambahan kata Al-Munawwarah di belakang kata provinsi Riau tidak bermuatan politik sama sekali. Bahkan itu jauh sama sekali. Menurutnya, gagasan itu memang murni dari dirinya dan tidak pernah terpikirkan memasukkan ke ranah politik. Ini semua murni untuk mencapai visi dan misi Riau 2020 yang diawali saat gubernur negeri ini dipimpin H Saleh Djasit SH. Saat kepemimpinannya beliau melahirkan sebuah Peraturan Daerah (Perda) yang cukup mulia dan luhur yaitu tentang pokok-pokok dasar pembangunan daerah. Perda itu berbunyi terwujudnya pusat perekonomian, pusat kebudayaan Melayu dalam tatanan masyarakat agamis sejahtera lahir bathin tahun 2020.

‘’Ini sebuah visi mulia, yang saya garis bawahi itu pusat kebudayaan Melayu kemudian masyarakat agamis. Itu semangat dasarnya. Saya pikir ini harus diisi dengan berbagai aktivitasnya,” katanya.

Visi ini kemudian dilanjutkan oleh Gubernur Riau saat ini HM Rusli Zainal SE MP. Pada visi misinya tahun 2008-2013, salah satu bunyi Perda itu terbangunnya pusat kebudayaan Melayu. Kebudayaan itu termasuk prioritas pembangunan daerah, itu dihuruf H dan di guruf G disebutkan terbangunnya Riau Darul Quran. Jadi visi yang sudah baik dizaman Pak Saleh Djasit lalu dilanjutkan gubernur HM Rusli Zainal, ditambah lagi pada kepemimpinan kedua beliau pada prioritas pembangunan daerah pada huruf H dan G. Kalau gubernur ingin menjadikan negeri ini menjadi Darul Quran, alangkah baiknya nama Riau itu ditambah dengan Riau Al-Munawwarah, ini sebagai stating poin perubahan, kemudian ini sekaligus doa. ‘’Itu yang melandasinya dan tidak ada sama sekali berkaitan dengan politik,” tuturnya lagi.

Menurutnya, heterogen suku di Riau ini bukanlah penghalang menciptakan masyarakat Madani di negeri ini. Justru masyarakat Madani yang diusung oleh nabi itu, itulah yang melindungi kaum minoritas pada zamannya. Waktu itu Yahudi dan agama lainnya sangat dilindungi oleh Rasulullah SAW. Jangan dianggap konsep masyarakat Madani itu milik Islam, justru ingin melindungi masyarakat minoritas.

”Jadi saya mohon ada pemahaman yang sama terhadapnya. Saya pikir kalau ada orang komentar baca dulu tentang masyarakat madani atau tentang Riau Al-Munawwarah. Al Munawwarah itukan kesejukan dan kita tidak diskriminatif makanya Islam itu agama rahmatanlil a’lamin, dan ternyata di mana negara-negara Islam ummat lain terlindungi. Justru sebaliknya dinegara lain ummat Islam minoritas dikecilkan,” ujarnya.


Hormati yang Tidak Sepaham

Diakuinya, terhadap gagasan yang ia lontarkan ini memang banyak yang tidak sependapat. Rusli menghormati hal ini, namun penolakan ini didasarkan apa, apakah karena kajian akademis, kajian historis dan sosiologis atau tidak mendalami apa yang sebetulnya yang diinginkan. Makanya bendera perjuangan akan terus dikibarkan. Bendera itu sekarang berada di Institute Riau Al-Munawwarah. Penggagas institut itu selain dirinya ada Prof Samsul Nizar, Prof Alaidin Koto dan lain-lainnya.

”Jadi ini akan terus kita sosialisasikan, sekarang tidak dalam bentuk seminar lagi. Ke kabupaten kota ke kampus-kampus itu dalam bentuk sosialisasi, walau ada yang tidak setuju kita menghormatinya,” ujarnya.

Untuk memperkuat perjuangan ini, pihaknya sudah menjadwalkan akan bertemu khusus dengan panitia perjuangan Otsus Riau yang diketuai tokoh masyarakat Riau Syarwan dan Maimanah Umar. Kita ingin bersinergi memperjuangkannya, mengapa? Karena disadari perjuangan ini tidak mudah, karena harus merubah Undang Undang (UU). Maka langkah awal Institut Riau Al Munawwrah akan menyerahkan hasil rekomendasi seminar kepada gubernur, kepada Ketua DPRD, seluruh fraksi, kepada anggota DPR RI dan DPD RI untuk diperjuangkan.

”Nah saya ingin bersinergi dengan badan ini, jadi nanti dia akan sejalan, nama di rubah kemudian Otsus diberlakukan di Riau. Kapan targetnya? Karena ini menyangkut kebijakan politik yang sangat luas, tentu saya tidak berani menargetkannya kapan. Tapi setidaknya kita akan diskusika terus dengan Otsus itu dan tentunya kita berharap tidak lama,” ujarnya.

Ini adalah perjuangan panjang, namun dirinya yakin anak-anak muda di Riau sangat meresponnya. Karenanya, dirinya sangat optimistis perjuangan ini akan didukung oleh seluruh elemen masyarakat Riau. Kalau tidak kita berbuat untuk negeri ini siapa lagi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar